Limbah cair agrikultur seringkali menjadi tantangan besar dalam pengelolaan lingkungan. Salah satu solusi yang banyak diterapkan saat ini adalah teknologi Waste to Energy (WTE), khususnya melalui proses biogas. Teknologi ini tidak hanya membantu mengurangi pencemaran air akibat tingginya kandungan Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand (BOD), tetapi juga berfungsi untuk menghasilkan energi terbarukan yang ramah lingkungan.
Limbah Cair Industri Agrikultur Non POME Sebelum Diolah Grinviro
Limbah cair agrikultur, yang sering kali terdiri dari sisa tanaman, limbah ternak, serta limbah cair hasil proses pengolahan produk pertanian, memiliki karakteristik yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Sebelum ditangani oleh teknologi Waste to Energy (WTE) dan sistem pengolahan biogas yang diterapkan oleh Grinviro, limbah cair agrikultur umumnya memiliki kandungan polutan yang cukup tinggi, yang mencakup COD dan BOD.
Berikut adalah contoh data limbah cair agrikultur yang belum diolah dan masih mengandung kadar COD dan BOD yang tinggi:
Parameter | Nilai Sebelum Pengolahan |
---|---|
Chemical Oxygen Demand (COD) | 8000 ppm |
Biological Oxygen Demand (BOD) | 4000 ppm |
Total Suspended Solids (TSS) | 2000 – 5000 mg/L |
Ammonia Nitrogen (NH3-N) | 100 – 300 mg/L |
Oil and Grease | 100 – 200 mg/L |
Target Output Limbah Cair Agrikultur Non POME
Salah satu regulasi yang mengatur kualitas limbah cair di Indonesia adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014, yang menetapkan ambang batas maksimum untuk parameter COD dan BOD pada limbah cair industri. Berdasarkan peraturan ini, batas maksimum untuk COD adalah 100 ppm dan untuk BOD adalah 60 ppm. Oleh karena itu, industri agrikultur yang menghasilkan limbah cair dengan kandungan COD sebesar 8000 ppm dan BOD 4000 ppm perlu melakukan proses pengolahan yang efektif agar dapat memenuhi standar kualitas air yang ditetapkan oleh peraturan tersebut.
Solusi Teknologi Waste-to-Energy (WTE) dengan Biogas dari Grinviro
Untuk memastikan pengelolaan limbah industri agrikultur yang efektif dan ramah lingkungan, Grinviro menerapkan serangkaian teknologi canggih yang bertujuan menurunkan kandungan polutan dalam limbah cair, seperti COD dan BOD, serta memenuhi standar yang ditetapkan oleh PermenLH No. 5/2014.
Baca juga: Waste to Energy : Studi Kasus Pengolahan Limbah Cair Biogas Plant di Sektor Minyak Sawit
-
Waste to Energy – ANAPAK & Biogas
ANAPAK (Anaerobic Packed Bed Reactor) adalah sistem pengolahan limbah yang menggabungkan proses anaerobik untuk menguraikan bahan organik dalam limbah cair. Teknologi ini cocok untuk limbah yang memiliki kandungan COD dan BOD tinggi, seperti limbah cair dari industri agrikultur. Proses anaerobik dilakukan dalam bioreaktor yang terisi material pengemas, yang meningkatkan kontak antara mikroorganisme dan bahan organik dalam limbah.
-
- Proses Biogas: Dalam sistem ANAPAK, mikroorganisme anaerobik menguraikan bahan organik dalam kondisi tanpa oksigen, menghasilkan biogas (terutama metana) sebagai produk sampingan. Biogas ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi industri agrikultur, mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil, dan mendukung keberlanjutan.
- Pengurangan COD dan BOD: Teknologi ini mampu mengurangi COD dan BOD dalam limbah cair secara signifikan. Limbah cair yang sebelumnya memiliki COD 8000 ppm dan BOD 4000 ppm, setelah melalui pengolahan ANAPAK dan proses biogas, dapat mencapai COD 100 ppm dan BOD 60 ppm, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah.
-
Aerasi
Setelah proses pengolahan anaerobik, limbah cair yang telah terdegradasi sebagian melalui ANAPAK kemudian diproses lebih lanjut dengan aerasi. Sistem aerasi menambahkan oksigen ke dalam limbah cair untuk mendukung aktivitas mikroorganisme aerobik yang dapat mengurai sisa bahan organik dan meningkatkan kualitas air.
-
- Proses Aerasi: Dalam sistem aerasi, udara disuntikkan ke dalam limbah cair untuk mempercepat proses oksidasi bahan organik sisa yang masih ada. Aerasi efektif dalam menurunkan BOD lebih lanjut, serta mengurangi kandungan ammonia dan senyawa nitrogen lainnya yang dapat merusak kualitas air.
- Manfaat: Proses aerasi memastikan bahwa limbah cair tidak hanya memenuhi standar COD dan BOD, tetapi juga lebih bersih dan aman untuk dibuang ke lingkungan atau digunakan kembali dalam proses produksi.
-
Secondary Clarifier
Setelah aerasi, tahap selanjutnya adalah pemisahan padatan tersuspensi dan mikroorganisme aktif yang telah menyelesaikan proses pengolahan. Di sini, Secondary Clarifier berfungsi untuk memisahkan sludge (lumpur) dan air yang telah terdegradasi.
-
- Proses Secondary Clarifier: Clarifier sekunder bekerja dengan cara mengendapkan mikroorganisme dan partikel yang lebih besar ke dasar tangki untuk memisahkan air yang sudah bersih. Lumpur yang terbentuk akan kembali diproses atau dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
- Manfaat: Teknologi ini membantu memastikan bahwa air limbah yang dibuang atau digunakan kembali bebas dari padatan tersuspensi yang dapat mengganggu kualitas air.
-
FLOWREX Multi Plate Screw Press
FLOWREX MPS adalah teknologi yang digunakan untuk dewatering lumpur (sludge) yang dihasilkan selama proses pengolahan limbah. Setelah pemisahan di clarifier, lumpur yang mengandung air dalam jumlah besar akan diproses menggunakan FLOWREX Multi Plate Screw Press untuk mengurangi kadar airnya.
-
- Proses Dewatering: Sistem dewatering bekerja dengan cara menekan lumpur melalui serangkaian plat dan skrup, yang menghilangkan sebagian besar kandungan air. Dengan cara ini, lumpur yang dihasilkan menjadi lebih padat dan mudah untuk dikelola, serta dapat digunakan sebagai pupuk organik atau untuk tujuan lainnya.
- Manfaat: Teknologi FLOWREX MPS membantu mengurangi volume lumpur yang perlu dikelola, serta mengurangi biaya pengolahan lanjutan dan pembuangan lumpur.
-
HMI (Human-Machine Interface)
HMI atau Human-Machine Interface adalah sistem kontrol yang memonitor dan mengelola keseluruhan proses pengolahan limbah, mulai dari ANAPAK hingga MPS. Sistem HMI memberikan kontrol penuh kepada operator untuk memantau kondisi operasional dan kinerja teknologi pengolahan limbah secara real-time.
-
- Monitoring & Maintenance: HMI mengintegrasikan sensor dan kontrol otomatis untuk memantau parameter penting seperti pH, suhu, kadar oksigen, dan kualitas air. Dengan HMI, operator dapat melakukan penyesuaian secara langsung apabila terjadi fluktuasi dalam sistem, memastikan bahwa setiap tahap pengolahan berjalan optimal.
- Manfaat: HMI memberikan kontrol yang lebih baik dalam menjaga efisiensi dan keberlanjutan sistem pengolahan limbah. Dengan pemantauan yang cermat, HMI memastikan bahwa semua sistem bekerja sesuai standar lingkungan dan proses pengolahan limbah tetap beroperasi secara efisien.
Output Akhir Setelah Menggunakan Rangkaian Teknologi Grinviro
Setelah melalui proses pengolahan limbah dengan rangkaian teknologi yang diterapkan oleh Grinviro, yaitu ANAPAK + Biogas, Aerasi, Secondary Clarifier, MPS, dan HMI, limbah cair yang dihasilkan memiliki kualitas yang jauh lebih baik, memenuhi standar yang ditetapkan dalam PermenLH No.5/2014 untuk COD dan BOD. Teknologi ini memastikan pengurangan signifikan terhadap kandungan polutan dalam limbah agrikultur, seperti COD, BOD, dan parameter lainnya.
Berikut adalah data output akhir dari limbah cair agrikultur setelah melalui pengolahan dengan teknologi Grinviro:
Parameter | Nilai Sebelum Pengolahan | Nilai Setelah Pengolahan |
---|---|---|
Chemical Oxygen Demand (COD) | 8000 ppm | 100 ppm |
Biological Oxygen Demand (BOD) | 4000 ppm | 60 ppm |
Total Suspended Solids (TSS) | 2000 – 5000 mg/L | <100 mg/L |
Ammonia Nitrogen (NH3-N) | 2000 – 300 mg/L | <10 mg/L |
Oil and Grease | 100 – 200 mg/L | <10 mg/L |
Hubungi tim kami untuk konsultasi lebih lanjut terkait waste to energy
WhatsApp: +62823-4811-4479
Kunjungi kami:
- The Prominence Office Tower, Jl. Jalur Sutera Barat, Tangerang
- Jl Utama Modern Industri Blok AA No.5, Kawasan Modern Industri Cikande
- Ciputra World Office Surabaya Lt. 29, Jl. Mayjen Sungkono, Surabaya
- Pattene Business Park Blok W3a Makassar